Tak ada hasil yang ditemukan

    SURAT REKTOR UKI KE REKTOR ITKK TENTANG KOPERASI (CREDIT UNION) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.

     

    Yth Pak Rektor. Terima kasih banyak telah membuat saya sampai di Sintang dengan bekal pulang MOU; serta telah mempertemukan saya dengan tokoh2 CU; plus penerimaannya yang luar biasa. Semoga Tuhan YME membalas segala kebaikan Pak Rektor dengan bilangan tak terhingga.

     

    Berikut ini artikel kenangan pertama yang Saya buat malam tadi:

    Dari Sintang untuk Nusantara: Credit Union Keling Kumang dan Model Pertumbuhan Ekonomi Endogen Berbasis Komunitas

    Agus Pakpahan

    Saat banyak daerah di Indonesia masih menanti program pusat untuk menggerakkan roda pembangunan, Kabupaten Sintang di pedalaman Kalimantan Barat membuktikan bahwa transformasi dapat tumbuh dari bawah, dari komunitas itu sendiri. Di sinilah Credit Union Keling Kumang (CUKK) menjadi kisah keberhasilan—bukan hanya sebagai lembaga keuangan, tetapi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi endogen regional.

    Model Pertumbuhan yang Berangkat dari Dalam

    Dalam teori ekonomi regional, model endogenized growth menekankan bahwa pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif hanya bisa terjadi bila sumber-sumber pertumbuhan—seperti modal manusia, inovasi kelembagaan, dan kapasitas produksi lokal—berasal dari internal wilayah itu sendiri. CUKK adalah cerminan konkret dari teori ini.

    Dengan jumlah anggota yang kini mencapai lebih dari 230.000 orang dan aset lebih dari Rp 2.2 triliun, yang dikelola secara digital, CUKK bukan hanya koperasi simpan pinjam, melainkan juga lembaga pendidikan (Institut Teknologi Keling Kumang), penggerak sektor ritel rakyat (toko komunitas KK Mart dengan 20.000 jenis item), serta motor agrowisata berbasis desa. Semua ini dimodali, dijalankan, dan dimiliki oleh warga lokal.

    Dampak Multidimensi di Sintang dan Sekitarnya

    Kehadiran CUKK menunjukkan efek multiplier effects yang nyata:

    - Peningkatan akses keuangan dan menurunnya ketergantungan pada lembaga informal.

    - Penguatan human capital melalui pelatihan, literasi, dan pendidikan tinggi berbasis lokal.

    - Munculnya ekosistem usaha kecil dan menengah yang tidak bergantung pada kapital besar eksternal.

    - Perkuatan struktur sosial-komunitas melalui partisipasi aktif dan demokrasi ekonomi.

    CUKK menumbuhkan apa yang dalam terminologi ekonomi disebut regional resilience—ketahanan lokal terhadap gejolak eksternal.

    Bayangkan Jika Model Ini Dibawa ke Jawa Barat

    Jawa Barat, dengan jumlah oenduduknya sekitar 50 juta orang, memiliki keragaman geografis dan sosial yang menantang: dari kota metropolitan hingga desa terpencil di kaki gunung. Replikasi model CUKK di konteks seperti ini akan mempercepat konvergensi (convergence) —di mana daerah tertinggal mengejar daerah maju dengan memaksimalkan potensi lokalnya, bukan sekadar mengandalkan redistribusi fiskal pusat.

    Dengan kekuatan komunitas di Sumedang, Tasikmalaya,  Ciamis, Garut, atau Sukabumi misalnya, koperasi berbasis model CUKK dapat menjadi tulang punggung regenerasi ekonomi desa. Institut lokal seperti yang dikembangkan CUKK bisa menciptakan brain circulation—talenta lokal membangun kampung halaman, bukan meninggalkannya.

    Implikasi bagi Indonesia: Pembangunan Tanpa Menunggu Perintah

    Jika diterapkan dalam skala nasional, model CUKK mendorong paradigma baru: pembangunan dari bawah yang berbasis pada trust, social capital, dan kelembagaan akar rumput yang kuat. Ini mengisi celah yang sering ditinggalkan oleh pendekatan top-down: kepercayaan, partisipasi, dan keberlanjutan.

    Alih-alih membuat masyarakat menyesuaikan diri dengan kebijakan, model ini membuat kebijakan belajar dari masyarakat.

    Penutup: Ekonomi yang Dimiliki, Dikelola, dan Diperjuangkan Sendiri

    CUKK adalah bukti bahwa pertumbuhan ekonomi sejati tidak hanya soal PDB, tetapi tentang martabat, partisipasi, dan kontrol atas masa depan sendiri. Sintang telah memberi Indonesia sebuah cetak biru pembangunan yang berakar, berdaulat, dan bertahan berdasarkan kekuatan sendiri.

    Tinggal pertanyaannya: berani atau tidak kita menirunya?

     

    Salam, Sintang 20 Juni 2025

    Prof.Dr. Agus Pakpahan, Rektor Universitas Koperasi Indonesia.



    Lebih baru Lebih lama

    نموذج الاتصال