Oleh : Redemptus Musa Narang
Hari itu, Rabu, 24 Oktober 2001. Cuaca cerah, peserta datang dengan ceria ke gedung pertemuan di kompleks Gereja Katedral St.Gemma Galgani Ketapang sambil bersalam-salaman, terutama dengan Pak Mecer dan Pak Munal, fasilitator pertemuan. Lokakarya Strategic Planning CU.Solidaritas yang berlangsung selama 4 hari, dari hari Rabu, 24 Oktober sd. Sabtu, 27 Oktober 2001 itu dimulai.
Diawali dengan acara pembukaan, berupa Doa dan kata sambutan dari Ketua Badan Pengurus,Tolopan Sihombing, dengan pembawa acara Redemptus Musa Narang, sekretaris Badan Pengurus/sekretaris Panitia Lokakarya.
Dalam sambutannya, Tolopan Sihombing menjelaskan kondisi CU.Solidaritas Ketapang saat itu, yang mengalami stagnasi dengan anggota 100 an orang dan asset 100 an juta dalam beberapa tahun terakhir. Tambahan lagi, saat itu Credit Union ini mengalami turbulensi atau goncangan karena kesulitan likuiditas dan gagal bayar pinjaman ke BK3D Kalimantan (sekarang BKCU Kalimantan) yang diketuai pak Mecer sebesar Rp 30.000.00,00 Pinjaman sebesar itu kalau saat ini sangat kecil, tetapi waktu itu terasa besar, bandingkan asetnya baru 100an juta lebih. Sang Ketua juga berharap melalui lokakarya ini, dapat terjadi perubahan untuk CU.Solidaritas ke depan.
Alur proses perencanaan strategis yang digunakan, menurut pak Mecer sesuai dengan rekomendasi hasil pertemuan di Cisarua, Bogor yang mereka ikuti tahun sebelumnya (tahun 2000). Pertemuan itu diprakarsai oleh Asian Confederation of Credit Union yang berkedudukan di Bangkok, dengan fasilitator Mr.Ranjid Hieterachi. Dari pertemuan itu, diputuskan bahwa Credit Union – Credit Union Primer, Sekunder dan Nasional wajib melakukan perencanaan Strategis setiap 3 tahun dan membuat Perencanaan Tahunan atau Business Plan dan mengevaluasinya secara berkala. Kebijakan itulah yang diterapkan BK3D Kalimantan dengan CU-CU Primer anggotanya, termasuk CU.Solidaritas. Menurut pak Mecer, setelah mulai diterapkan kebijakan ini, pertumbuhan CU-CU Primer anggota BK3D mengalami kenaikan yang signifikan.
Dalam proses ini, sebenarnya hanya menjawab 3 pertanyaan mendasar, yaitu “Where are we now? Dan Where are we going to go? Serta How do we get there?”
Untuk menjawab pertanyaan pertama, Dimana posisi CU kita sekarang? Maka dilakukan diskusi Analisa SWOT(Strength, Weakness, Opportunity, threat). Dianalisis factor internal (kekuatan (strength) dan kelemahan(weakness) dan factor eksternal (peluang(opportunity) dan ancaman(threat).
Dari sisi kekuatan, mendapat dukungan kuat dari lembaga gereja, khususnya Komisi PSE Keuskupan Ketapang; dipinjami fasilitas gedung dan perlengkapan, bahkan SDM pegawainya; pegawai Komisi PSE merangkap pegawai CU. Namun, situasi ini sekaligus adalah kelemahan, karena CU.Solidaritas sangat tergantung kepada pihak lembaga Gereja dan tidak mandiri atau kata lainnya kurang memiliki Swadaya, yang merupakan pilar ke-2 Credit Union.
Dalam beberapa tahun terakhir jumlah anggota dan asset CU.Solidaritas tidak mengalami pertumbuhan berarti, dengan anggota 100an orang dan asset 100 an juta. Berdasarkan data tanggal 24 Oktober 2001 atau pada hari pertama lokakarya, maka anggota CU Solidaritas saat itu adalah 128 orang dan asetnya adalah Rp 139.921.957,00. Oleh sebab itu, ketika saya mengikuti RAT BK3D tahun buku 1998 sempat menjadi bahan ledekan peserta lain, “ apa kerja kalian di CU Solidaritas Ketapang, koq anggota dan asset kalian dari tahun ke tahun nyaris sama saja?” Memang pada setiap pembukaan RAT itu, peserta wajib menyebutkan nama, jabatan di CU nya serta menyebutkan jumlah anggota dan asset CU nya. Saya ketika itu sempat malu, tetapi juga bingung…
Secara eksternal, peluang pasar CU Solidaritas sebenarnya besar, karena belum ada lembaga keuangan sejenis waktu itu di kota Ketapang. Ada CU Canaga Antutn, Gemalaq Kemisik, Semandang Jaya, Pancur Dangeri dan Pengiris Midup serta CU-CU kecil tingkat kecamatan atau Desa seperti di daerah Tumbang Titi. Tapi itu letaknya di pedalaman. Dari sisi ancaman, sebenarnya tidak memiliki ancaman yang berarti.
Dari analisa SWOT ini dapat disimpulkan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh CU Solidaritas saat itu adalah: 1) Lemahnya pendidikan dan penyadaran anggota, 2) Lemahnya Sikap keswadayaan (sikap tergantung dengan lembaga Gereja, seperti tinggal di “Rumah Mertua Indah”). 3) Lemahnya rasanya solidaritas antara aktivis dan anggota, 4) Lemahnya manajemen kelembagaan atau kurangnya perencanaan dan evaluasi, serta 5) Lemahnya komitmen Pengurus,Pengawas dan Staf, bahkan anggota.
Setelah kita tahu, dimana posisi kita saat itu, maka jawaban pertanyaan ke-2 “Where are we going to go?” Maka diskusi selanjutnya adalah menentukan langkah- langkah selanjutnya berupa rekomendasi yaitu : 1) Keluar dari Gedung PSE; cari kontrakan atau bangun kantor dan staf CU harus digaji dari hasil usaha CU atau menerapkan azas keswadayaan. 2) Melakukan pendidikan dan penyadaran terhadap Pengurus.Pengawas dan staf serta anggota secara sistimatis dan terencana; 3) Melakukan proses perecanaan dan monitoring yang tertruktur dan terprogram; 4) Meluncurkan produk- produk simpan pinjam yang kompetitif serta produk non simpan pinjam lain atau azas Solidaritas; serta 5) Melaksanakan rekomendasi perencanaan strategis ini berupa mobilisasi anggota, asset, meningkatkan kuantitas dan kualitas staf serta pengadaan fasilitas kantor. Ditargetkan pada tahun ke-3, yaitu per 31 Desember 2004 jumlah anggota CU Solidaritas adalah 2.789 orang atau bertambah sebanyak 2661 orang, asset Rp 1.895.100.000 dengan jumlah staf full timer sebanyak 7 orang.
Untuk menjawab pertanyaan ke-3, “How do we get there?”, maka disusunlah sasaran- sasaran dan rencana strategis untuk tahun 2002, 2003 dan 2004. Ada sasaran dan strategi jangka panjang (3 tahunan) dan sasaran dan strategi jangka pendek (rencana tahunan). Sasaran dan rencana strategis itu harus disusun secara smart (specific/khas, measurable/terukur, attainable/dapat dicapai, realistic/realistis, dan timely/ada jangka waktunya)
Untuk memperkuat struktur kelembagaan maka dilakukan peninjauan Visi dan Misi organisasi. Dirumuskan visi CU Solidaritas saat itu adalah “Lembaga keuangan berbasis masyarakat yang tangguh, professional dan mampu bersaing berdsarkan nilai- nilai dan prinsip Credit Union”, dengan Misi,” Meningkatkan kesejahteraan social ekonomi anggota melalui pendidikan yang menumbuhkan kesadaran kritis dan kemandirian serta pelayanan keuangan yang bermutu dan simpatik”. Pada kesempatan itu, juga disepakati moto atau slogan CU Solidritas adalah “Pastikan masa depan anda bersama kami”.
Pada hari ke-4, hari terakhir Lokakarya Sabtu, 27 Oktober 2001 merupakan peristiwa yang penting. Sesi pertma hari itu tentang pengorganisasian. Pak Mecer memaparkan Struktur Organisasi dan Tata Kelola Credit Union yang standard dan umum dilakukan di lingkungan Credit Union di bawah BK3D Kalimantan. Pada kesempatan itu, beliau juga menjelaskan tentang tugas, wewenang dan tanggung jawab Penurus dan juga Pengawas. Selanjutnya beliau menyarankan agar dilakukan pembaharuan dan Reposisi Pengurus dan Pengawas sesuai dengan rekomendasi Lokakarya ini. Dari diskusi hari itu, maka Susunan Pengurus dan Pengawas CU Solidaritas periode 2002 – 2004 adalah sebagai berikut : Ketua : Tolopan Sihombing, Wakil Ketua 1 : Philipus Kaleh, Wakil Ketua 2 : Yohanes Aliman, Sekretaris : Redemptus Musa Narang, Bendahara 1 : Diana Rini (Pelaksana Harian) dan Bendahara 2 : Natalis Bujang (Alm), anggota : Ignasius Gimin Adi dan Lusia Sunarto. Untuk Badan Pengawas, Ketua : Didik Eko Purwantoro, Sekretaris : Tobias Sukanto, anggota : Vitus Supardi dan Salamudin. Selanjutnya yang dipilih sebagai Penasehat waktu itu adalah dua (2) orang, yaitu A.R.Mecer dan Rm.Budi Nugroho,Pr.
Selanjutnya pada sesi siang, acara difokuskan pada pemetaan wilayah pengembangan CU Solidaritas. Disepakati ada 4 titik pengembangan, yaitu pertama Pusat Kota Ketapang, kedua ke arah utara Paroki Imanuel Sukadana, utamanya Manjau dan sekitarnya serta Sukadana dan sekitarnya. Untuk arah selatan, Paroki Kendawangan yang meliputi Daerah Sukaria dan sekitarnya; lalu titik ke empat adalah Paroki Tembelina dan Paroki Tumbang Titi serta Paroki Serengkah. Di Paroki Tembelina, sasaran pertama adalah Desa Pengatapan dan wilayah Tumbang Titi adalah di Desa Natai Panjang serta Desa Serengkah. Untuk Desa Pengatapan tokoh penggeraknya adalah Budi Santoso seorang guru dan seorang Ketua umat, Mang Jayadi. Di Natai Panjang yang menyiapkan pertemuan sosialisasi adalah seorang guru SMP PL Tumbang Titi, Sutaryono.
Selesai sesi makan siang adalah pembuatan arus kas (cashflow) dan budgeting. Kata lainnya, Menyusun anggaran pendapatan dan belanja lembaga CU Solidaritas tahun 2002. Acara ini dipandu oleh pak Munaldus. Dia sangat mahir bermain angka dan menggunakan aplikasi excel. Acara ini dipindahkan ke gedung Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) yang terletak di Jln.Dr.Sutomo Ketapang, tempat CU Solidaritas menumpang kantor saat itu. Alasan pemindahan tempat pelatihan, karena di situ ada beberapa PC yang bisa digunakan, sedangkan di gedung Paroki fasilitas itu tidak tersedia. Para peserta saat itu, tidak ada yang membawa laptop, kecuali fasilitator. Umumnya peserta tidak punya laptop, termasuk saya.
Saat pak Munaldus menjelaskan alur pembuatan arus kas (cashflow) dan budgeting, nyaris semua peserta hanya menonton, bahkan melongo saja. Pendeknya, tak faham alurnya. Cukup cepat proses pembuatannya, karena nota bene yang membuatnya adalah pak Munaldus sendiri. Dari budgeting didapatkan bahwa untuk memulai Credit Union ini diperlukan dana setidaknya Rp 250.000.000,00. Dana sebanyak itu untuk membeli tanah dan membangun kantor, membeli sepeda motor Win 1 unit, peralatan computer 1 unit lengkap dengan printernya serta perlengkapan meubeler perkantoran, termasuk alat- alat dapur. Melihat angka itu, kami kami melongo saja. Timbul pertanyaan dalam benak saya,”Dapat darimana dana sebanyak itu? Sedangkan untuk memenuhi pinjaman anggota Rp 30.000.000,00 saja, harus pinjam ke BK3D Kalimantan, melalui program Silang Pinjam Daerah”.
Pada akhir sesi hari itu, pak Mecer menjelaskan bahwa angka cashflor dan budgeting ini adalah kompas bahkan “jimat” untuk melaksanakan peta jalan (road map) CU Solidaritas, khususnya untuk tahun 2002. Sekalipun bingung, tetapi tidak ada yang bertanya. Acara sore itu diakhiri dengan upacara penutupan lokakarya. Seperti biasa, ada sambutan penutup dan ucapan terima kasih serta doa penutup.
Saat penutup, pak Mecer menyampaikan informasi bahwa beliau mengundang Pengurus dan Pengawas baru yang telah direposisi, malamnya sekitar jam 19.30 untuk hadir di Hotel Perdana, tempat mereka menginap, untuk mendiskusikan tentang Rencana Tindak Lanjut (RTL) hasil- hasillokakarya selama 4 hari itu.
PERTEMUAN DI HOTEL PERDANA
Maka malam itu, kami mengadakan pertemuan informal, bukan di ruang pertemuan atau lobby hotel, tetapi di kamar Pak Mecer, walaupun agak sempit. Dalam pertemuan tersebut, pak Mecer mengatakan bahwa mereka telah melakukan diskusi internal Pancur Kasih untuk mendukung awal beroperasinya Credit Union ini. Ada 2 hal penting yang di putuskan, yang pertama CU Solidaritas akan diberi pinjaman sebesar Rp 250 jt dari alokasi Dana Kemandirian Pancur Kasih dengan suku bunga standard 2% menurun untuk jangka waktu 5 tahun. Pak Mecer juga mengingatkan bahwa kalau peta jalan dan strategi- strategi yang telah direkomendasikan dijalankan dengan baik, maka uang ini pasti dapat dilunasi dan bahkan membuat Credit Union ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kedua, selama 3 tahun CU Solidaritas akan mendapat pendampingan dari Gerakan Pancur Kasih yang dipimpin pak Mecer, melalui Program Pemberdayaan Otonomi Rakyat (POR) yang dipimpin Stefanus Masiun. Pak Mecer juga meminta pengurus terpilih segera mengurus administrasi pinjamnan itu dan setelah itu segera melakukan pengadaan barang inventaris yang diperlukan, termasuk membeli tanah dan pendirian bangunan kantor. Akhirnya semua pengurus yang hadir merasa lega dan merasa bersyukur bahwa sebuah solusi telah ditemukan berkat pertemuan lokakarya 4 hari itu.
Sebelum pertemuan di akhiri, pak Musa sempat mengusulkan agar nama Credit Union diganti namanya menjadi “Credit Union Pancur Solidaritas”. Alasannya adalah kata “Pancur” diambil dari nama depan Pancur Kasih yang telah solider dengan kita di Ketapang, sehingga Credit Union ini memiliki harapan untuk maju dan berkembang; disamping itu, kata “Pancur Solidaritas” juga berarti seperti mata air yang terus memancurkan rasa solidaritas, kesetiakawanan dan belarasa bagi yang miskin, lemah dan terpinggirkan, agar mereka dapat “naik kelas” secara ekonomi social dan budaya. Pergantian nama, berdasarkan filosofi orang Dayak juga sangat diperlukan,karena Credit union ini sudah 2 kali sakit parah dan nyaris mati, sehingga masalah- masalah yang dialami sebelumnya dapat diatasi, selanjutnya ke depan lembaga ini tumbuh sehat, kuat dan mampu memberdayakan para anggotanya. Atas usulan ini, semua yang hadir setuju dan beberapa hari kemudian diputuskan bahwa hari bersejarah pertemuan informal di Hotel Perdana malam itu, dijadikan HARI LAHIR CREDIT UNION PANCUR SOLIDARITAS. Hari lahir CU Pancur Solidaritas ditetapkan pada tiap tanggal 27 Oktober.
Ooooo
Catatan :
Daftar Nama para Pendiri :
1.Tolopan Sihombing, 2. Philipus Kaleh, 3. Yohanes Aliman, 4. Lusia E.Sunarto, 5.Ignasius Gimin Adi, 6. Didik Eko Purwantoro, 7. Tobias Sukanto, 8. Vitus Supardi, 9. Salamudin (alm), 10. Natalis Bujang (Alm), 11. Blasius Jauhari, 12. Diana Rini, 13. Siprianus Abani,14 Rm.Budi Nugroho (Saat itu Ketua Komisi PSE).